Cari Blog Ini

Sabtu, 04 Juni 2011

KEKUATAN DARI SUATU KEPUTUSAN




(YANG KEMUDIAN DIJALANKAN)
Oleh : Keanu Sulaiman R.

Salam Membangun SDM,

Banyak orang yang mungkin masih memandang bahwa kesejahteraan itu seperti impian yang sangat tinggi dan milik keturunan-keturunan yang leluhurnya kaya raya, mungkin pula milik pejabat negara dan keturunannya, maka seringkali banyak individu yang mengorbankan semua harta benda dan bahkan martabatnya untuk mendapatkan hal ini, memaksakan dirinya untuk terjun kedunia yang bahkan yang bersangkutan tidak tahu apa risikonya dan apa hanya itu jalan untuk meraih kesejahteraan?.
Lalu bagaimanakah individu yang lahir dari keluarga sederahana, apakah leluhurnya harus disalahkan dalam keadaan ini? Tentu tidak boleh karena masa lalu adalah masa lalu dan sekarang dan seterusnya adalah kendala atau peluang bagi yang menjalaninya. Dan apakah mustahil untuk mendapai kesejahteraan yang ideal? Tentu tidak karena kesejahteraan ternyata bukan terletak dari apakah yang bersangkutan lahir dari keluarga sederhana ataupun keluarga kaya raya namun lebih kepada Memahami kekuatan dari Suatu Keputusan untuk mencapai kesejahteraan itu.
Satu yang paling sulit dihilangkan dari pandangan SDM-SDM sekarang terutama daerah yang cukup tertinggal dari provinsi lain (anda boleh membandingkan sendiri provinsi mana yang maju dan tertinggal), adalah memandang bahkan pekerjaan yang terbaik dan aman selamanya adalah pekerjaan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS biasa, bukan kekaryaan seperti dosen dan BUMN)  karena risiko kompetisinya tipis dan kepastian income ada walau sedikit, sangat kecil sehingga kasus korupsi paling tinggi trafficnya disini. Banyak SDM yang sekolah tinggi-tinggi mengambil Master dengan biaya yang sangat mahal “berkenan” untuk wasting time hanya menunggu panggilan CPNS yang sebenarnya rasio kompetisinya  sangat tinggi, katakanlah 1 job berbanding 1000 kontestan, sehingga akibat permintaan job yang sangat tinggi ini memicu korupsi dan pungli yang sistemik (terjadi diseluruh daerah) dan ini masih dianggap biasa-biasa saja.
Seandainya kami memaparkan studi kasus tentang kesejahteraan karyawan seperti ini :
1.      Pekerja bank untuk tingkat medium – end antara Rp. 2 juta s/d 25 Juta THP perbulan.
2.      Pekerja tambang batubara untuk tingkat medium-end Rp. 4 juta s/d 45 Juta
3.      Pekerja oil and gas untuk tingkat medium-end Rp. 7 Juta s/d 75Juta
4.      Pekerja Mulltifinance untuk tingkat medium-end Rp. 3 Juta s/d 7 Juta diluar pencapaian target
Dan  banyak lainnya yang benar-benar dapat memberikan kesejahteraan.
Kalau seperti ini maka bukan satu-satunya menjadi PNS adalah pekerjaan yang terbaik, bahkan dalam kondisi Dugaan Korupsi Tingkat Tinggi yang terjadi pada Negara ini, bisa-bisa saja SDM-SDM yang cerdas dan sebenarnya dapat berkiprah pada tempat lain yang lebih layak menurut tingkatan edukasinya dapat menjadi korban atas apa yang tidak dilakukannya. Jangankan pekerja biasa, silakan hitung Bupati/walikota, Gubernur yang di bui karena kasus korupsinya, suatu bukti bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang.
Tulisan ini mengingatkan kembali bahwa keputusan seorang SDM untuk mendesain reputasinya (edukasi, jam terbang, interpersonal skill, professional dan dapat dipercaya/memiliki kejujuran yang kuat) adalah Kesejahteraan Yang Sesungguhnya, anda dapat mengatur penghasilan anda sendiri sehingga kesejahteraan itu bukanlah hal yang spekulatif, karena tidak semua penghasilan flat itu baik. Bayangkanlah anda pertama kali masuk menjadi PNS dari Sarjana dengan penghasilan Rp. 3.5 Juta perbulan ketika anda masih Single, itu  seperti “orang mapan” pada mulanya. Namun ketika anda berumah tangga, katakanlah anda memiliki 5 anak dan 1 isteri (saya jadi kuatir lebih dari itu) dalam 10 tahun anda mungkin menjadi kepala Dinas dengan gaji total 10 Juta/bulan FLAT. Pada saat anak anda membayar biaya sekolah Rp. 75 Juta dan semua meminta semahal Handphone Blackberry Torch, pada saat itu anda berubah menjdi miskin, sungguh. Dan dari kemiskinan itulah CIKAL BAKAL dari KORUPSI yang tidak pernah selesai sampai sekarang, karena ruangnya selalu terbuka untuk berbuat kejahatan.
Apakah itu yang ingin anda jalani dalam hidup ini?
Segeralah, bagi kalian yang masih merasa memegang kehormatan keluarga (karena apa artinya anda kaya namun sempat jadi residivis??) itu akan menjadi sejarah yang tidak akan terlupakan.
Kelemahan dari kesejahteraan itu sulit digapai karena “perasaan nyaman” dekat rumah atau kota sendiri, namun kalau peluangnya sangat kecil (rasio lulusan SDM jauh lebih besar dari peluang kerja) ada baiknya untuk mempertimbangkan ikut membangun diri di daerah yang lebih berpeluang, katakanlah wilayah Kalimantan, kaltim dan kalsel adalah wilayah yang jauh lebih mapan dari propinsi yang lain, maka tidak salah untuk ikut serta dalam rekrutmen.
Namun akan ada kendala lagi, sudah siapkah SDM nya? Karena sesungguhnya pemahaman Lulusan Sarjana (fresh graduate) adalah SDM yang siap kerja namun belum siap pakai (sekali lagi belum siap pakai) karena masih perlu ditempuhnya jam terbang yang cukup untuk memastikan itu. Selain hal tersebut, nilai daya saing yang diluar nilai dasar. Yaitu nilai SDM diluar ijazah dan KTP serta pengalaman kerja. Apa itu? Itu adalah faktor lain yang sangat menentukan.
Tips SDM yang Siap pakai dan standard pada saat ini :
1.      Mulailah untuk belajar bahasa inggris dan bahasa internasional lain (bila mampu), apabila anda mau berinvestasi sedikit uang untuk mengambil kursus dan mengaplikasikannya sampai tingkat advance, maka itu adalah jalan tol untuk ikut rekrutment pada perusahaan yang berpenghasilan besar seperti tingkat staff pada perusahaan tambang atau oil & gas.
2.      Mulailah ikut pendidikan kekaryaan, seperti sertifikasi, penerapan ISO dll. Itu adalah standard untuk pekerja yang sangat ahli dan biasanya dengan penghasilan sangat besar.
3.      Sering-seringlah searching lowongan kerja dari blog.web yang terafiliasi dengan perusahaan penerbit lowongan, seperti blog ini, seringkali anda tidak menyadari bahwa hanya disatu kota dekat propinsi anda ada lowongan pekerjaan yang sangat baik. Dan daftarkanlah diri anda dengan submit email untuk lowongan kerja, kurangi sedikit untuk materi entertaint lain.
4.      Lakukan rasio apply, jangan langsung kecewa apabila baru 2-3 perusahaan yang anda apply tidak memanggil anda, rasio 10 perusahaan yang anda apply untuk mendapat 1 panggilan saja sudah baik. Jangan pernah putus asa, lebih-lebih malu. Anda tidak korupsi kok, hanya belum waktunya saja kan.
5.      Sering-seringlah membaca dan melakukan simulasi ketika anda belum mendapat pekerjaan. Anggap saja ketika anda belum bekerja adalah seperti “pemain cadangan”, namun bukan berarti anda tidak siap bermainkan?. Maka membaca pengetahuan-pengetahuan baru adalah pekerjaan yang awal untuk mendapat pekerjaan yang sebenarnya.
6.      Terakhir, Ketika anda tidak berbuat apa-apa sesungguhnya anda bebas melakukan apa-apa. Ayo keluar dari keterpurukan, bergaul kembali untuk segment yang saling membangun, ciptakan relasi dan kurangi menyalahkan pemerintah, orang tua atau bahkan Tuhan karena urusan pekerjaan. JEMPUTLAH PEKERJAANMU.
Apabila anda mengambil keputusan ini maka anda akan melihat diri anda yang baru, itulah yang disebut Kekuatan dari keputusan, anda bisa saja tetap seperti nyamannya sekarang, dekat rumah, dalam kota sendiri namun anda membiarkan nasib pada kurang tumbuhnya rekrutmen didaerah anda atau anda dapat menjadi “panglima” dikota lain dengan menjadi pekerja yang sesuai hati anda.
Ketika anda mencobanya sesungguhnya anda memiliki peluang untuk merubah nasib.
Keanu Sulaiman R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat pula akses lebih mudah dengan handphone : http://marketing-cerita.blogspot.com/?m=1

Tuliskan Komentar Anda Andaikata Anda Merasa Ini Penting Untuk Kemajuan Marketer.